Beranda | Artikel
Beda Ikhlas dan Tulus Hati - Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama
Minggu, 7 Agustus 2022

Beda Ikhlas & Tulus Hati – Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama

Kesimpulan dari ucapan Abu Abdillah Ibnu al-Qayyim rahimahullahu Ta’ala, tentang “ketulusan niat” di sini maksudnya adalah memfokuskan azam. Maka jika azam terfokus pada suatu hal, maka pelakunya itu disebut dengan orang yang tulus. Dan jika “keikhlasan” dan “ketulusan” disebut secara bersamaan, maka makna “keikhlasan” adalah penyatuan tujuan, sedangkan “ketulusan” adalah pemfokusan azam, sebagaimana yang disebutkan Ibnu al-Qayyim rahimahullahu Ta’ala.

Maka jika seseorang itu ikhlas, berarti ia hanya menghadap kepada satu tujuan yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun jika ia tulus, berarti azamnya terfokus pada satu hal saja. Sebagai contoh, orang yang ikhlas dalam shalat adalah orang yang mendirikan shalat hanya untuk Allah. Bukan untuk riya’ atau sum’ah. Sedangkan orang yang tulus adalah yang hatinya fokus tertuju pada shalat.

Dalam hal ini, terdapat hadits riwayat Utsman bin Affan dalam kitab ash-Shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mendirikan shalat dua rakaat untuk Allah, tanpa berbicara dengan diri sendiri di dalamnya, …” Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “untuk Allah” memberi isyarat tentang keikhlasan. Sedangkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “tanpa berbicara dengan diri sendiri di dalamnya” memberi isyarat tentang ketulusan.

======================================================================================================

وَخُلَاصَةُ كَلَامِ أَبِي عَبْد اللهِ بْنِ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

فِي الصِّدْقِ هَا هُنَا أَنَّهُ تَوْحِيدُ الْإِرَادَةِ

فَإِذَا كَانَتِ الْإِرَادَةُ مُتَوَحِّدَةً عَلَى شَيْءٍ مَا وُصِفَ صَاحِبُهَا بِأَنَّهُ صَادِقٌ

وَإِذَا ذُكِرَ الْإِخْلَاصُ وَالصِّدْقُ فَإِنَّ الْإِخْلَاصَ هُوَ تَوْحِيدُ الْمُرَادِ

وَالصِّدْقُ هُوَ تَوْحِيدُ الْإِرَادَةِ كَمَا ذَكَرَ ذَلِكَ ابْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

فَإِذَا أَخْلَصَ الْإِنْسَانُ كَانَ مُتَوَجِّهًا إِلَى مُرَادٍ وَاحِدٍ هُوَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

وَإِذَا صَدَقَ كَانَتْ إِرَادَتُهُ مُجْتَمِعَةً عَلَى شَيْءٍ وَاحِدٍ

فَالصَّلَاةُ مَثَلًا الْمُخْلِصُ فِيهَا هُوَ الَّذِي يُصَلِّيهَا لِلهِ

لَا لِلرِّيَاءِ وَلَا لِلسُّمْعَةِ

وَالصَّادِقُ فِيهَا هُوَ الَّذِي يَجْمَعُ قَلْبَهُ عَلَيْهَا

وَفِي ذَلِكَ حَدِيثُ عُثْمَانَ فِي الصَّحِيحِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مَنْ صَلَّى لِلهِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُحَدِّثْ فِيهِمَا نَفْسَهُ

فَإِنَّ قَوْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلهِ إِشَارَةٌ لِلْإِخْلَاصِ

فَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُحَدِّثْ فِيهِمَا نَفْسَهُ إِشَارَةٌ إِلَى الصِّدْقِ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/beda-ikhlas-tulus-hati-syaikh-shalih-al-ushaimi-nasehatulama/